Negara Resesi

Beberapa Negara Telah Mengalami Resesi, Apa Yang Harus Kita Lakukan?

Sejak pandemi virus corona menyebar luas di seluruh dunia sejak awal tahun 2020 ini berbagai negara mulai menerapkan pembatasan aktivitas masyarakat masing-masing negara agar penyebaran virus corona tidak menelan banyak korban lagi. Bahkan beberapa negara sudah ada yang menerapkan kebijakan lockdown seperti China. Alhasil, penyebaran virus corona dapat lebih lambat.

Kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh berbagai negara tersebut memberikan efek yang lumayan besar pada kegiatan ekonomi di suatu negara. Kegiatan perdagangan, ekspor, impor dan lainnya lumayan terhambat karena kebijakan tersebut. Di satu sisi harus mementingkan sektor kesehatan tetapi di sisi yang lain terkena imbasnya sehingga pertumbuhan ekonomi akan melambat jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

BACA JUGA: 5 Tips Mencari Kerja Agar Memudahkanmu Mendapatkan Pekerjaan

Apa itu resesi?

Menurut National Bureau of Economic Research (NBER), sebuah lembaga penelitian yang dikutip Forbes, resesi adalah penurunan secara signifikan aktivitas ekonomi yang terjadi dalam berbagai sektor perekonomian selama beberapa bulan secara berturut-turut. Biasanya terlihat pada Produk Domestik Bruto (PDB) riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran. (dikutip dari detik.com)

Kondisi ekonomi tersebut memang sudah diprediksi dari berbagai institusi besar di seluruh dunia akibat dampak dari pandemi virus corona yang dengan sekejap dapat membuat banyak korban terinfeksi dengan cepat. Bahkan hingga tanggal 4 Agustus 2020 virus corona sudah menginfeksi 18 juta orang di seluruh dunia dan masih belum ditemukan vaksin yang dapat menyembuhkan para pasien tersebut.

Negara Resesi
Sumber: https://money.kompas.com/

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa resesi sudah terjadi pada negara-negara besar salah satunya adalah Amerika Serikat. Amerika Serikat mengalami penurunan yang cukup dalam mengingat saat ini menjadi negara yang paling banyak terinfeksi virus corona. Akibatnya aktivitas ekonomi negara paman sam tersebut benar-benar terganggu dalam enam bulan berturut-turut yang menyebabkan pemicu resesi terjadi.

Bagaimana dengan Indonesia?

Potensi resesi masih akan terus terjadi di berbagai negara besar lainnya dengan melihat kondisi seperti saat ini. Bukan tidak mungkin Indonesia turut terkena imbas akibat dari resesinya negara-negara besar tersebut. Saat ini pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 Indonesia mencatatkan penurunan sebesar 5,32%. Walaupun telah terjadi penurunan yang cukup besar dari kuartal sebelumnya, Indonesia belum memasuki masa resesi dikarenakan suatu negara dapat dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut mengalami minus.

Cepat atau lambat Indonesia akan mengalami dampak dari resesi pasalnya Amerika Serikat membuat daya beli konsumen menurun, dan otomatis permintaan ekspor diprediksi akan merosot khususnya pada semester II-2020.

“Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menambahkan, resesi AS tidak seperti resesi Hong Kong, Korsel, Singapura dan negara lainnya. Resesi ekonomi AS akan memiliki dampak signifikan bagi perdagangan Indonesia. Resesi AS perlu diwaspadai karena AS merupakan partner dagang terbesar Indonesia setelah China.” (dikutip dari finance.detik.com) 

Kegiatan perdagangan internasional yang terganggu akibat resesi dari Amerika Serikat akan menimbulkan potensi Indonesia juga mengalami hal yang sama. Jika benar terjadi maka akan terjadi dampak bagi negara seperti investasi yang anjlok secara otomatis akan menimbulkan pemutusan hubungan kerja (PHK) dimana-mana karena menghilangnya jumlah lapangan pekerjaan. Akibatnya jumlah produksi barang atau jasa akan merosot dan dapat menyebar ke berbagai sektor yang kena imbas dan dapat mengganggu aktivitas bisnis yang dapat menyebabkan meningkatnya tingkat kredit macet dan dapat menyebabkan bisnis dapat gulung tikar.

Apa saja yang harus dipersiapkan jika terjadi resesi?

Pakar finansial Ahmad Gozali mengatakan ada beberapa yang harus dipersiapkan

1. Lindungi sumber penghasilan

Jika seorang karyawan maka disarankan tidak agresif pindah pekerjaan sebelum ada kepastian pekerjaan baru lebih stabil. Kamu bisa memanfaatkan waktu-waktu seperti saat ini untuk meningkatkan skill yang kamu inginkan. Tak lupa juga mulai mencari penghasilan lain di luar gaji untuk terus menambah pendapatan bulanan yang kamu miliki seperti bisnis online, freelance dan lainnya sesuai dengan kemampuan yang kamu miliki. 

Sedangkan untuk pebisnis sebaiknya dipertimbangkan ulang rencana ekspansi. Mulai siapkan strategi untuk bertahan ditengah kondisi seperti saat ini dengan memberikan layanan atau tambahan fitur pada produk yang kamu miliki agar dapat menarik hati banyak calon konsumen. Selain itu, dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan agar lebih dapat berhemat.

2. Persiapkan dana darurat

Selain mengamankan sumber penghasilan yang kedua adalah mempersiapkan dana darurat yang harus dipersiapkan sebaiknya tiga hingga 12 kali pengeluaran bulanan. Dana darurat digunakan dalam keadaan yang sangat mendesak. Misalkan tiba-tiba terkena menjadi korban PHK maka dana darurat yang kamu punya dapat menyelamatkan kehidupan sehari-harimu dalam beberapa bulan kedepan sampai mendapatkan pekerjaan baru kembali.

3. Menahan penggunaan kartu kredit

Godaan penggunaan kartu kredit harus dapat ditahan di tengah kondisi seperti saat ini. Apalagi menggunakan kartu kredit untuk kebutuhan konsumtif yang tidak memiliki nilai tambah. Selain itu, rencana untuk kredit kendaraan hingga rumah menurutnya perlu dipertimbangkan lagi, apalagi jika harus mengusik dana cadangan. 

4. Jangan boros

Belanja rutin seperti kebutuhan bulanan ataupun sehari-hari harus tetap dilakukan. Kenapa? karena pembelanjaan konsumsi rumah tangga ini harus tetap dilakukan karena menjadi faktor dominan untuk mendorong ekonomi dalam negeri.

Beberapa tips diatas dapat kamu terapkan untuk menjaga keberlangsungan hidupmu di masa-masa yang penuh ketidakpastian seperti saat ini. Jangan terlalu cemas dan berpikir berlebihan tetap jalankan kehidupan seperti biasa dan terus bekerja dengan semangat yang tinggi. Jangan lupa tetap perbanyak sedekah dan menyerahkan semuanya kepada Allah agar senantiasa bisa melewati masa-masa saat ini.


BACA JUGA:

Mengapa Harga Emas Antam Bisa Naik Menembus Rp 1 Juta Per Gram?

Selepas Kuartal 1 Tahun 2020, Bagaimana Kinerja Harga Emas?

IMF Rilis Laporan Proyeksi Ekonomi Dunia, Bagaimana Harga Emas Kedepannya?

Facebook Comments

Share your thoughts